. Make a Wonderfull Life | KEYWORD ANDA | KEYWORD ANDA

Sabtu, 28 Maret 2015

Descriptive Teks Peacock



Bagi yang mempunyai tugas descriptive teks mungkin teks di bawah ini dapat di jadikan referensi. Teks ini juga sudah dilengkapi dengan power pointnya
Peacock
Peacocks are large, colorful pheasants (typically blue and green) and known for their iridescent tails.
The male is properly called a peacock, the female a peahen, and the immature offspring peachicks.
Type               : Bird
Diet                : Omnivore
Average life span in the wild: 20 years
Size                 : Body, 90 to 130 cm
                        :
Tail, 1.5 m
Weight          : 4 to 6 kg
The colorful tail of the Peacock is fanned out to be able to show dominance and for the purpose of attracting a mate. They live in groups and the male will often have several females around him.
Males will do all they can to get the attention of females for mating. A male may display his feathers and prance around to get the female attracted to him. Once mating has occurred the female will find materials to create a nest. The males will go looking for other females that they can also mate with.
species
1.     The Indian peacock

H
as iridescent blue and green plumage.
H
as a mixture of dull grey, brown, and green in her plumage.
The "eyes" are best seen when the peacock fans its tail.
The female also displays her plumage to ward off female competition or signal danger to her young.
2.     A green peafowl

Unlike the Indian peafowl, the green peahen is similar to the male, only having shorter upper tail coverts, a more coppery neck, and overall less iridescence.
The Congo peacock male does not display his covert feathers but uses his actual tail feathers during courtship displays. These feathers are also much shorter than those of the Indian and green varieties.
3.     A leucistic Indian peacock

Occasionally peafowl appear with white plumage. Although albino peafowl do exist, this is quite rare and almost all white peafowl are not, in fact, albinos in peafowl, causes a complete lack of pigment in their plumage but still leaves them with blue eyes.
True albino peafowl have a complete lack of melanin and therefore have white plumage but also an albino's characteristic red or pink eyes. Leucistic peachicks are born yellow and become fully white as they mature.
The Peacock feeds on a variety of food items. Grain is on of the most common items that they eat.
They will also consume fruits and seeds that they find but those items aren’t always available year round for them to consume.
They consume plants, petals, small reptiles, and even amphibians.

Bagi yang butuh power pointnya silahkan di download di link di bawah ini

Selasa, 24 Maret 2015

HOW TO MAKE SHUSHI

       Bagi yang mencari tugas berupa procedure teks saya berikan procedure teks yang simple dan mudah dihafalkan. Silahkan saja bagi lihat.

  
  HOW  TO  MAKE  SHUSHI



Ingredients:                                                           
Ø  Fish, shellfish or other topping                                                          
Ø  Dried seaweed           
Ø  Sushi rice                                
Ø  Rice wine vinegar                              
Ø  Sugar
Ø  Salt
Ø  Wasabi
ü  knife
ü  rice cooker
ü  bamboo mat
ü  a plate

Steps:
1.Place about 2 cup of sushi rice in a rice cooker and cook it.
2.Wash the vegetable and place them on a cutting board and cut the carrots into long skinny strips. Repeat on the cucumber.
3.Cut the fish into little strips and make sure they are pretty.
4.Check on your rice. If it’s ready, take it out and put it in a dish.
5.Take a bowl and pour in abuot two tablespoons of rice wine vinegar. Add sugar, salt and   wasabi then stir it.
6.pour the mixture into the rice and mix troughly.
7.Place the seaweed layer on a bamboo mat and then spread rice into the seaweed then add the vegetable.
8.Roll the bamboo into a long roll by first folding the bottom third in then roll it.
9.Cut the roll and place them parallel to each other.
10.Serve and enjoy.



MAKALAH PEMBUDIDAYAAN IKAN KOI

MAKALAH
PEMBUDIDAYAAN IKAN KOI





Kelompok 2
XI MIIA 1
Nama Anggota Kelompok:
1.          Aji Saka                          (01)
2.          Bella Sanara                    (06)
3.          M. Izzur Maula                (14)
4.          M. Inggit Prakasa            (15)
5.          Nita Kurniawati               (20)
6.          Octa Alfia Rachman        (21)
7.          Taufik Hidayat                (28)
8.          Yolanda Indah Saputri    (31)

SMA NEGERI 1 BATANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015



KATA PENGANTAR
            Alhamdullilah atas selesainya laporan budidaya ikan koi ini saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya. Atas berkat rahmat dan bimbingannya maka saya mampu menyelesaikan laporan praktikum ini.
            Laporan ini merupakan perwujudan usaha saya untuk menyelesaikan tugas yang di berikan guru selaku pembimbing saya dengan sebaik-baiknya karena hal itu merupakan kewajiban saya selaku siswa  di SMA Negri 1 Batang. Dalam melaksanakan suatu penelitian maka penulis wajib menyelesaikan laporan penelitian sebagai karya ilmiah yang bersumber dari penelitian.
            Saat mengadakan penelitian hingga perumusan lapora tidak sedikit bantuan yang saya terima baik itu berupa bantuan moral, msteriil, dan spiritual dari berbagai pihak. Tak terkecuali bantuan yang diberikan oleh Bapak/Ibu guru selaku pembimbing baik bantuan moral maupun spiritual yang tidak ternilai harganya. Rasa terima kasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada:
1.      Bapak Adam S.Pd, selaku pembimbing yang telah membimbinng dalam pembuatan laporan ini.
2.      Rekan rekan siswa SMA Negri 1 batang yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan praktikum ini.
Dengan kerandahan hati saya mohon maaf atas segala kekurangannya, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Seboga laporan ini dapan bermanfaat untuk kedepannya.
Sekian dan terima kasih.
           



BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan yang potensial dalammenghasilkan devisa bagi negara dan mensejahterakan masyarakat perikanan(pembudidaya). Pangsa pasar ikan hias Indonesia di dunia saat ini sebesar 7,5 %,lebih kecil dibandingkan dengan pasar Singapura yang mencapai 22,8 %, sedangkan potensi ikan hias Indonesia jauh melebihi negara tetangga tersebut.Potensi ikan hias di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali,Kalimantan,Sulawesi, Maluku, dan Papua (Bachtiar dan Tim Lentera,2004).
Pada saat ini peminat ikan hias terus bertambah dan semakin menyebar keseluruh lapisan masyarakat. Meskipun kemampuan daya belinya bervariasi,masyarakat perkotaan di Indonesia melengkapi rumahnya dengan akuarium-akuarium yang diisi beragam ikan hias salah satunya ikan koi. Ikan koi berasal dari Negara Jepang (Kokugyo). Di negeri matahari terbit itu, koi berkembang pesat. Ikankoi merupakan ikan hias unggulan. Corak sisiknya yang berwarna-warni membuatikan ini banyak digemari, terutama oleh para pengusaha ikan hias.
Koi termasuk golonganAimal ia. Dari famili masih dikelompokan dalam beberapa genus dan terdiridari beberapa specias salah satunya Chyprinus carpio dengan nama lokal ikan koi.Ikan koi di Indonesia merupakan ikan hias favorit dan banyak digemarimasyarakat luas karena tubuhnya yang mempesona dan harganya relatif tidak terlalumahal. Ikan koi sekarang ini masih menjadi salah satu komoditas perdagangan yangcukup baik dalam bidang perikanan.















BAB II
ISI
2.1  Sejarah Ikan Koi

Menurut sejarahnya, orang Cina-lah yang pertama kali menternakkan ikan karper, yaitu sekitar tahun 1300-an. Jika kemudian diberitakan koi mulai ngetop dan diklaim sebagai "produk" jepang tentu ada alasannya.
Pusat pembenihan koi di jepang terdapat di daerah pegunungan ojiya, niigata. Daerah ini ter-kenal sebagai penghasil karper, karena penduduk di ojiya banyak membudidayakan karper untuk lauk mereka sewaktu musim panas. Pada waktu mu-sim dingin, mereka tidak mungkin lakukan karena daerah tersebut tertutup salju. Sebelum cuaca men-jadi dingin, karper tersebut akan menempati kolam-kolam di dalam rumah, dan begitu melewati musim dingin karper tersebut menjadi lauk bagi penduduk ojiya.
Melalui suatu pembudidayaan selama bertahun-tahun, akhirnya diperoleh strain yang berwarna merah atau biru cerah. Itulah yang menjadi titik awal yang menyemangati mereka untuk kemudian mencoba-coba menghasilkan strain-strain yang lebih indah. Akhirnya pada tahun 1870 didapatkan-lah kohaku (merah dan putih), menyusul pada tahun 1910 shiroutsiiri (putih dan hitam) dan kinutsuri (kuning dan hitam), garis keturunan mulai tampak dan merupakan suatu yang tidak bisa di-pungkiri.
Tahun 1930, mulailah ditemukan karper warna dengan garis yang lain. Jika pada awal mulanya hanya satu warna, kemudian menyusul penemuan koi dua dan tiga warna. Adapun koi-koi cantik yang mulai dikenal adalah showa sanke (merah, putih dan hitam). Selain itu muncul juga koi dengan corak lain seperti kinrin (sisik emas), ginrin (sisik perak), dan ogon (emas).
Pada tahun 1904, jerman mengirimkan koi dengan sisik yang tidak lengkap dan bahkan yang tidak bersisik sama sekali, sebagai hadiah kepada jepang. Mereka lantas menernakkan koi jerman ini dengan tipe sisik standar untuk koi, dan hasilnya melengkapi keanekaragaman dasar variasi pada sisik koi. Jika koi warna-warni jepang dikenal sebagai nishikigoi, maka koi jerman ini populer dengan sebutan doitsugoi (koi jerman). Dalam bahasa jepang, nishiki mengandung makna kain yang berane-ka warna, sedangkan goi artinya tidak lain adalah karper. Akan halnya nishikigoi yang akhirnya populer dengan nama koi.





2.2 Karakteristik Ikan Koi
Sebagai "bentuk lain" dari ikan mas, pada dasarnya hampir seluruh organ tubuh koi sama dengan ikan mas lauk tersebut. Hanya ada beberapa perbedaan pokok seperti bentuk tubuh ideal, warna ideal, dan beberapa hal yang sifatnya sangat khusus.
Koi mempunyai badan yang berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa sirip. Ada-pun sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah  sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sebuah sirip anus, dan sebuali sirip ekor. Sirip-sirip tersebut sangat penting bagi inereka untuk berpindah tempat. Ibarat manu-sia, ikan pun mempunyai kaki dan tangan. Sirip dada bisa diibaratkan  sebagai  tangan, sedangkan sirip perut sebagai kaki.  Hanya  bedanya dengan manusia, tangan dan kaki tidak baka) tumbuh lagi ketika patah (Jika tidak disambung), sirip-sirip pada ikan koi umumnya akan tumbuh Jika patah atau di-potong.
Untuk bisa berfungsi sebagai alat bergerak, sirip ini terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip. Yang dimaksud dengan jari-jari keras adalah jari-jari sirip yang kaku dan patah jika di-bengkokkan. Sebaliknya jari-jari lunak akan lentur dan tidak patah jika dibengkokkan, dan letaknya selalu di belakang jari-jari keras. Selaput sirip merupakan "sayap" yang memungkinkan koi mempunyai tenaga dorong yang lebih kuat apabila bere-nang. Selaput inilah yang sering dibabat habis para-sit dan penyakit sehingga sirip koi tampak seperti sisir/sikat. Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak, sirip perut hanya terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah, sirip anus mempunyai 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak.
Selain sirip sebagai sarana penggerak, koi juga mempunyai indera penciuman. Indera pencium ini berupa sepasang sungut (kumis) pada sebelah atas mulutnya, yang berguna untuk mencium makanan pada dasar kolam yang berlumpur. Dengan indera penciumnya ini, mereka mampu mendapatkan makanan dengan memisahkannya dari lumpur yang menutupi makanan tersebut. Kumis. ini pula yang membedakannya dengan ikan maskoki, yang cikal bakalnya sangat mirip dengan mereka.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor, terdapat gurat sisi (Linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang ada di sebelah dalam sisik yang membayang hingga ke sebelah luar.
Badan koi tertutup selaput yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan pertama terletak di luar, dikenal sebagai lapisan epidermis, sedang lapisan dalam di-sebut endodermis. Epidermis terdiri dari sel-sel getah dan yang menghasilkan lendir (mucus) pada permukaan badan ikan. Cairan ini melindungi per-mukaan badan atau menahan parasit yang menye-rang koi. Berbeda dengan lapisan epidermis, lapisan endodermis terdiri atas serat-serat yang penuh dengan sel. Pangkal sisik dan urat-urat darah terdapat pada daerah ini. Di dalam lapisan ini juga terdapat sel warna yang sangat diperlukan sekali oleh koi. Sel warna ini mempunyai corak yang sangat kompleks yang dengan cara kontraksi memproduksi larutan dengan 4 macam seJ warna yang berbeda. Adapun keempat  sel  yang diproduksinya adaJah melano-phore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah), dan guanophore (putih). Organ perasa dan sistem syaraf mempunyai hubungan yang erat dengan  penyusutan   dan  penyerapan   sel-sel  warna. Organ ini sangat reaktif sekali dengan cahaya. Tem-patnya di antara lapisan epidermis dan urat syaraf pada jaringan lemak, dan terletak di bawah sisik.
Sisik koi mempunyai pertumbuhan yang unik. Pada sisik akan tergambar garis-garis yang bisa di-jadikan patokan untuk mengira-ngira umur koi. Kasus yang hampir sama dengan pohon jati, yang mana   umurnya  bisa  ditentukan   dengan  melihat garis-garis lingkar pada batangnya. Demikian pula yang terjadi pada koi. Karena garis-garis ini begitu halusnya, maka untuk bisa memastikan yang hampir mendekafi kebenaran - diperlukan bantuan untuk melihat lebih jelas lingkaran-lingkaran yang terdapat pada sisik koi.
Untuk melihatnya, kita perlu merendam sisik tersebut dengan larutan Potasium hidroksida dengan konsentrasi 1—5% selama 24 jam. Setelah itu sisik dibersihkan dan dibasuh dengan air, dan dilihat di bawah mikroskop.

2.3 Jenis-Jenis Ikan Koi
v     Tancho
Tancho adalah sebutan untuk koi yang pada sekujur badannya tak terdapat warna merah, tetapi pada kepalanya terdapat warna merah. Pada katagori varietas sudah banyak disebutkan macamnya seperti Tancho-Kohaku, Tancho-Sanke, dan Tancho-Showa.
v     Kinginrin
Yang dimaksud dengan Kinginrin tidak lain adalah koi yang mempunyai tanda-tanda perak di badannya. Beta-gin untuk sebutan koi yang hanya sebagian besar badannya diselimuti warna perak ini, sedangkan yang keseluruhan. badannya berwarna perak dinamakan Tama-gin atau Platinum Ginrin.
1.      Kinginrin-Kohaku adalah Kohaku yang ada unsur warna peraknya. Jika perak ini terdapat pada warna putihnya dinamakan Ginrin, sedang yang tampak pada warna merah dinamakan Kinrin. Umumnya warna perak ini tampak pada punggung-nya.
2.      Kinginrin-Sanke adalah Sanke yang ada peraknya. Dulu warna perak yang tampak ini tidak di-| sukai, karena akan menyebabkan warna merah dan hitam menjadi pudar. Kini Ginrin-Sanke dengan warna merah dan hitam yang cerah malahan diter-nakkan. Kinginrin-Showa adalah Showa yang mem-punyai unsur warna perak, sedangkan Kinginrin-Bekko adalah Bekko yang mempunyai unsur warna I perak.

v     Hikarimono
Hikarimono dari Shusui dinamakan Kinsui yang mempunyai warna merah, tetapi Jika tidak ada merahnya bernama Ginsui. Sho-Chiku-Bai adalah sebutan untuk keturunan Ogon dengan Ai-goromo yang mempunyai pola berbentuk kerucut berwarna biru. Kujaku-Ogon adalah koi yang berhasil diter-nakkan oleh Toshio Hirasawa pada tahun 1960, yang merupakan keturunan dari Goshiki dan Ogon. Yang masih keluarga koi jerman dinamakan Kujaku-Doitsu. Yang terakhir adalah Tora-Ogon yang merupakan keturunan dari Ki-Bekko. Koi emas dengan tanda-tanda hitam pada punggungnya disebut Tora-Ogon.
1.      Hikarimono-Kinginrin adalah Hikarimono yang mempunyai unsur warna perak yang relatif masih baru. Platinum-Ogon dan Yamabuki-Ogon yang ada unsur peraknya merupakan ikan yang benar-benar menawan.
2.      Hikarimoyo-mono adalah keturunan dari perkawinan Ogon dengan koi lain (kecuali Utsuri), termasuk juga Hariwake. Yang masuk dalam daftar Hikarimoyo-mono adalah Hariwake, Yamabuki-Hariwake, Orange-Hariwake, Hariwake-Matsuba, Hariwake-Doitsu, Kikusui, dan Iain-lain.

v     Hariwake
Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas dan perak, dengan kepala jernih. Yamabuki-Hariwake adalah koi yang mempunyai pola emas murni dan platinum. Orange-Hariwake mempunyai warna emas-oranye dan platinum, sedangkan yang polanya seperti jarum cemara dinamakan Hariwake-Matsuba, dan yang keturunan koi jerman disebut Hariwake-Doitsu. Kikusui adalah sebutan untuk Yamabuki-Hariwake-Doitsu yang badannya seperti platinum dan mempunyai hiasan cantik pada sisi badannya. Hyakunenzakura adalah sebutan untuk Kikusui yang mempunyai hiasan berkilauan pada punggungnya.
v     Platinum-Kohaku (Kin-Fuji)
Platinum-Kohaku (Kin-Fuji) adalah keturunan Kohaku dan Ogon. Koi ini mempunyai punggung yang putih berkilauan seperti platinum. Yamatoni-shiki diberikan untuk menyebut Hikarimono dari Taisho-Sanke yang berhasil dikembangkan oleh Seikichi Hoshino pada tahun 1965. Koi ini mempunyai badan yang mirip gumpalan platinum yang tampak indah sepanjang hari.
v     Ogon
Ogon adalah koi yang mempunyai badan berwarna emas (golden). Ogon merupakan koi yang di-temukan oleh Sawati dan anak laki-lakinya pada tahun 1946. Pada awalnya, mereka menemukan koiyang garis punggungnya berwarna kuning, yang kemudian dipakainya sebagai induk. la memilih koi yang terbaik, dan setelah empat atau lima generasi kemudian, didapatnyalah koi berkepala emas, dan “berkepala perak, serta koi berwarna kuning. Dengan rnengawinkannya bersama betina Shiro-Fuji, akhir-nya koi bersisik emas dihasilkannya.
Ciri-ciri Ogon adalah sebagai berikut:
– Kepalanya selalu berwarna keemasan cerah.
– Sisiknya dihiasi dengan warna keemasan. Koi yang mempunyai sisik lebar pada daerah perut-nya, termasuk jenis yang dicari.
– Sirip dadanya hams berkilauan
– Bentuknya bagus.
– Warna koi yang bagus tidak berubah menjadi gelap, meskipun suhunya naik.

1.      Nezu-Ogon
Nezu-Ogon adalah panggilan untuk koi yang berwarna perak, sedangkan Platinum-Ogon adalah sebutan untuk koi hasil ternakan Tadao Yoshioka (1963) yang merupakan peranakan dari Kigof dan Nezu-Ogon. Sesuai namanya, koi ini mempunyai badan yang berkilauan seperti platinum.
2.      Yamabuki-Ogon
Yamabuki-Ogon adalah sebutan untuk koi yang mempunyai badan berkilauan seperti emas murni. Koi ini merupakan hasil perkawinan Kigoi dan Ogon yang dilakukan Masaoka pada tahun 1957. Orange-Ogon adalah Orange-Hikarimono yang muncul per-tama kali pada tahun 1956.
3.      Hi-Ogon
Koi yang mempunyai kepala yang jernih dan sisiknya berkilauan dan warnanya merah disebut Hi-Ogon. Perkawinan antara Matsuba dengan Ogon menghasilkan Kin-Matsuba. Kin-Matsuba mempunyai sisik timbul yang sangat terang. Kin-Matsuba yang mempunyai sisik seperti platinum dinamakan Gin-Matsuba. Platinum-Doitsu adalah koi Jerman yang mempunyai sisik berkilauan seperti platinum, sedangkan Orange-Doitsu mempunyai badan ber-warna oranye.
4.      Mizuhi-Ogon
 Mizuhi-Ogon adalah Orange-Ogon yang mempunyai sisik hitam berkilauan pada bagian punggungnya.
v     Kawarimono
Yang termasuk dalam daftar Kawarimono ada-lah Karasugoi (Dark Koi), Kigoi (Yellow Koi), Chagoi (Brown Koi), Midorigoi (Green Koi), dan Matsuba.
1.      Karasugoi mempunyai badan yang lebih gelap dibandingkan Magoi (koi hitam).
2.      Kigoi adalah koi yang mempunyai badan berwarna kuning. Beberapa Kigoi mempunyai mata berwarna merah.
3.      Chagoi adalah koi yang berwarna cokelat. Khusus koi yang masih keluarga karper Jerman, tumbuhnya lebih cepat, dan umumnya berukuran besar.
4.      Matsubagoi adalah koi yang seluruh sisiknya berwarna cerah. Matsuba yang berwarna merah gelap disebut Aka-Matsuba. Ki-Matsuba untuk yang kuning, dan yang putih disebut Shiro-Matsuba. Kin-Matsuba dan Gin Matsuba merupakan sebutan untuk keturunan Matsuba dan Ogon.
5.      Midorigoi adalah nama yang diberikan untuk koi Jerman yang mempunyai sisik berwarna hijau kekuningan. Ikan ini hasil ternakan Tadao Yoshioka yang mengawinkan jantan Shusui dan Yamabuki-Ogon. Itu terjadi pada tahun 1965.
v     Koromo
Koromo diberikan bagi keturunan Asagi dengan Kohaku atau peranakan dari Asagi dengan salah satu Sanshoku. Macam-macam Koromo adalah Ai-goromo (Blue-Koromo), Sumi-Goromo (Dark-Koro-mo), Budo-Sanshoku, Koromo-Sanke, Koromo-Showa (Ai-Showa).
1.      Ai-goromo adalah peranakan Asagi dengan Kohaku. Sisiknya yang berwarna merah mempunyai lingkaran tepi biru yang membuatnya tampak cantik.
2.      Sumi-goromo adalah koi yang warna hitamnya seperti yang tampak pada bercak hitam Kohaku. Pada kepalanya juga terdapat warna hitam ini.
3.      Koi yang mempunyai sisik ungu berbentuk seperti dom-polan buah anggur diberi nama Budo-Sanshoku. Koi ini benar-benar indah.
4.      Koromo-Sanke merupakan peranakan dari perkawinan Ai-goromo dan Taisho-Sanke. Tanda biru keluar pada bercak merah pada Taisho-Sanke.
5.      Koromo-Showa (Ai-Showa) adalah peranakan dari Ai-goromo dan Showa-Sanshoku. Tanda biru keluar dari bercak merah pada Showa-Sanshoku.
v     Shusui
Tahun 1910 Yoshigori Akiyama mengawinkan Asagi-Sanke dengan karper kaca dari Jerman, dan menghasilkan Shusui. Shusui adalah koi yang sisik-nya besar-besar dan kulitnya lembut. Punggungnya berwarna biru gelap dan sangat cantik. Ujung hi-dung, pipi, perut, dan lipatan siripnya berwarna merah terbakar.
1.      Hana-Shusui adalah Shusui yang mempunyai tanda merah pada kulitnya yang biru di antara garis sisik di punggung dan perut.
2.      Hi-Shusui adalah Shusui yang warna merahnya cukup luas hingga menutup daerah punggung.
3.      Shusui yang berwarna kuning dengan daerah punggung berwarna hijau gelap hingga ungu diberi nama Ki-Shusui.
4.      Jika punggungnya mendekati kehitaman dan tidak ada- unsur warna hijau atau ungu, maka koi tersebut bernama Ki-Matsuba-Doitsu.
5.      Pearl Shusui diberikan untuk Shusui yang mempunyai sisik punggung yang berwarna keperakan.
v     Asagi
Asagi adalah koi yang mempunyai badan berwarna biru atau biru cerah dengan pipi, perut, dan lipatan sirip berwarna merah. Sisik-sisiknya berwarna biru cerah dan membentuk susunan yang tidak bercacat.Walaupun Asagi cenderung mempunyai kepala yang ada nodanya, tapi sebenarnya yang bersih tak bernoda lebih disukai. Beberapa Asagi tidak punya warna merah pada perutnya. Warna merah ini konon akan menjalar ke punggung dan menutupi warna biru sejalan dengan umur Asagi.
1.      Asagi dengan bintik merah di kepalanya dina-makan Asagi-Menkaburi (Mask Covered). Lipatan sirip dada yang berwarna merah disebut sirip Shusui. Warna merahnya tidak akan tampak pada punggung.
2.      Kajo-Asagi (Dark blue Shusui) adalah Asagi yang warna badannya segelap warna badan koi hi-tam.
3.      Narumi-Asagi adalah yang mempunyai pola Narumi, yang menjadi ciri khas dari Asagi.
4.      Mizu-Asagi adalah koi yang mempunyai warna paling cerah di antara Asagi.
5.      Asagi-Sanke adalah koi yang mempunyai warna punggung biru pucat. Kepala dan bagian atas perutnya terdapat tanda merah, dan bagian bawah perutnya putih susu. Inilah Asagi yang benar-benar cantik.

v     Bekko
Bekko masih keluarga Taisho-Sanke. Warna dasarnya merupakan perpaduan putih, merah, dan kuning. Sementara itu -warna hitam menjadi peng-hias di antara warna-warna tersebut. Macam-macam Bekko yang ada misalnya Shiro-Bekko, Aka-Bekko, Ki-Bekko, dan Bekko-Doitsu.
1.      Shiro Bekko adalah Taisho-Sanke yang tidak punya warna merah. Garis hitam menghiasi kulitnya yang putih. Koi ini disebut bagus Jika pada kepalanya tidak terdapat warna hitam. Seandainya ada, warna hitam tersebut Jangan sampai merusak keseimbangan warna secara keseluruhan. Warna hitam yang lebar pada punggungnya sangat diharap-kan, sedang warna putih pada kepalanya tidak boleh kecokelatan. Pada sirip dada terdapat garis-garis yang cantik, tapi ada beberapa koi yang tidak mempunyainya.
2.      Aka-Bekko adalah koi yang mempunyai tanda hitam pada permukaan tubuhnya yang merah. Per-bedaannya yang mencolok dibandingkan dengan Aka-Sanke adalah Aka-Bekko tidak memiliki bagian yang berwarna putih asli, sedangkan Aka-Sanke mempunyainya. Aka-Sanke (Red tricolor) boleh di-katakan sebagai Bekko yang mempunyai warna merah, hitam, dan putih (yang biasanya terdapat pada perutnya). Aka-Bekko yang memiliki warna merah pekat sangat diharapkan, tapi umumnya sangat jarang.
3.      Ki-Bekko adalah koi kuning yang mempunyai tanda hitam, sedangkan Bekko-Doitsu adalah Bekko dari koi asal Jerman.
v     Utsurimono
Yang termasuk ke dalam Utsurimono adalah Shiro-Utsuri, Ki-Utsuri, dan Hi-Utsuri. Masing-masing jenis ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1.      Shiro-Utsuri adalah koi yang mempunyai warna putih berbentuk kerucut pada badannya yang hitam. Pada lipatan sirip dadanya terdapat warna hitam. Shiro-Utsuri sering disebut juga sebagai Shiro-Utsushi. Shiro-Utsuri untuk pertama kalinya dihasilkan oleh Kazuo Minemura dari Mushigame di perkampungan Yamakoshi. Warna putih pada Shiro-Utsuri harus seperti salju, sedang warna hitamnya sebagai pendukung utama seperti halnya pada Showa-Sanke (Showa-Sanshoku).
2.      Ki-Utsuri adalah koi yang mempunyai bentuk kerucut berwarna kuning pada badannya yang hitam. Ki-Utsuri muncul pada awal sejarah koi. Ki-Utsuri sudah ditemukan sejak awal jaman Meiji. Hanya saja waktu itu namanya Kuro-Ki-Han (ber-tanda hitam dari kuning). Barulah pada tahun 1920 Eizaburo Hoshino memberinya nama Ki-Utsuri. Warna hitamnya harus pekat dan bentuk kerucutnya berwarna kuning dengan pangkal sirip dadanya bergaris-garis.
3.      Hi-Utsuri adalah koi yang warna kuningnya me-nyerupai warna merah. Warna hitamnya sangat kon-tras dengan warna merah. Koi ini umumnya sangat memikat banyak orang, karena warnanya mampu menyaingi Kohaku, Showa-Sanke, ataupun Taisho-Sanke. Badan Hi-Utsuri yang bagus tidak boleh ber-noda. Pada sirip dadanya terdapat garis-garis. Jenis-nya adalah Utsuri-Doitsu yaitu Utsurimono yang merupakan keluarga koi Jerman, Kage-Utsuri, Ginshiro, dan Ogon-Utsuri.
v     Showa-Sanke
Showa-Sanke atau Showa-Sanshoku adalah koi yang berwarna hitam dengan hiasan warna putih dan merah di badannya. Sepintas koi ini mirip dengan Taisho-Sanke. Bedanya terletak pada warna dasarnya. Taisho berdasar putih, sedangkan Showa berdasar hitam.
Pada tahun 1927, Jukichi Hoshino mengawin-kan seekor Ki-Utsuri dengan Kohaku dan menghasil-kan Showa-Sanke. Awalnya warna merah yang menghiasi tubuhnya masih bercampur dengan cokelat-kekuningan. Selanjutnya, Tomiji Kobayashi berhasil mengawinkan Yagozaemon-Kohaku dan menghasilkan Showa-Sanke dengan warna merah yang murni. Jenis ini kemudian menjadi yang ter-baik.
Warna merah di daerah kepala hams cukup be-sar, merata dan pekat. Tepinya hams tegas (jelas). Putih hams seperti salju, dan banyaknya sekitar 20% dari seluruh permukaan tubuhnya, terutama pada kepala, punggung, dan ekor. Pola warna hitam hams menyerupai bentuk petir atau gunung. Sirip dada hams berwarna hitam tanpa noda merah.
1.      Boke-Showa adalah Showa-Sanke yang mempu-nyai sisik yang kabur dan terang, tidak cerah seperti sisik umumnya.
2.      Hi-Showa adalah Showa yang warna merahnya lebih menonjol menyelimuti punggung-nya dengan hanya sedikit warna putih.
3.      Sebaliknya Jika warna putih lebih menonjol maka namanya ada-lah Kindai-Showa (Modern Showa).
4.      Nama Kin Showa diberikan bagi Showa yang mempunyai warna mengkilat, yaitu yang merupakan cross breeding antara Showa-Sanke dengan Ogon (gold).
5.      Tancho-Showa merupakan predikat bagi Showa yang tidak mempunyai warna merah pada sekujur badannya dan hanya sedikit terdapat pada kepalanya.
6.       Showa-Sanke yang merupakan karper kaca Jerman men-dapat julukan Doitsu-Showa.
Showa-Sanke seringkali mirip dengan Taisho-Sanke. Untuk membedakannya dibutuhkan ketelitian. Ada beberapa pegangan untuk membedakannya, yaitu :
– Showa-Sanke mempunyai bintik hitam (sumi) di kepalanya, sedangkan Taisho-Sanke tidak.
– Warna hitam (sumi) pada Taisho-Sanke hanya memenuhi punggungnya, sedangkan pada Showa-Sanke warna hitam ini terdapat hingga perutnya
– Sirip dada Taisho-Sanke berwarna putih atau bergaris-garis, tetapi pada Showa-Sanke warna hitam terdapat pada lipatannya. Bagi yang benar-benar profesional, bintik hitam ini pasti-lah akan menjadi perhatian dan kalau perlu di-tanyakan kepada pedagang, karena dari bintik inilah dua ekor koi benar-benar menjadi ber-beda kualitasnya.
v     Taisho Sanke
Taisho-Sanke adalah koi yang badannya berwarna putih dan-dihiasi dengan warna merah dan hitam. Pola dasarnya merah pada bagian kepalanya, dan garis lebar hitam pada bagian dadanya. Taisho-Sanke termasuk varietas yang terkenal, seperti hal-nya Kohaku.
Tidak jelas sejak kapan koi dengan tiga warna ini muncul. Namun sejak pertengahan jaman Meiji, koi dengan tiga warna sudah ditemukan. Pada awal-nya, yang ada baru koi dengan tiga warna yang se-cara penuh menghiasi sekujur badan koi. Atas jasa Eizaburo Hoshino dari Takezawa, kini telah dapat menikmati koi yang berbadan putih dengan hiasan warna hitam dan merah pada sekujur badannya.
Seperti Kohaku, putihnya Taisho-Sanke harus seputih salju. Warna merah harus seragam dan pekat. Yang bertepi terang lebih penting. Taisho-Sanke di-sebut bagus Jika di kepalanya tidak terdapat warna hitam. Koi yang punggungnya terdapat warna hitam lebar akan lebih bagus dan tampak sangat indah. Tsubo-Sumi adalah koi yang mempunyai badan putih dengan bercak hitam, sedangkan Kasane-Sumi adalah koi yang pada warna hitamnya terdapat di atas bercak merah. Yang paling ideal adalah sirip yang juga mempunyai tiga pola warna.
1.      Aka-Sanke adalah Taisho-Sanke yang warna merahnya membentang dari kepala hingga ekor. Koi ini memang sangat mengesankan, tetapi kurang ang-gun.
2.      Doitsu-Sanke adalah Taisho-Sanke yang masih merupakan keluarga karper kaca dari Jerman. Aka-Sanke dari karper kaca ini dikenal dengan Doitsu-Aka-Sanke.
3.      Fuji-Sanke adalah Taisho-Sanke yang mempunyai gumpalan perak pada kepalanya.
4.      Tancho-Sanke adalah koi yang mempunyai warna merah yang lebar pada kepalanya, tapi pada badan-nya tak terdapat warna merah.




v     Kohaku
Kohaku adalah varietas koi yang mempunyai badan putih dengan bercak merah pada badannya. Kohaku boleh dikatakan paling populer di antara varietas koi. Ini bisa dimaklumi sebab corak warna-nya langsung mengingatkan orang pada bendera ke-bangsaan Jepang. Dan tidaklah berlebihan bila Kohaku dianggap sebagai koi yang “pertama dan terakhir”, karena umumnya pertama kali orang akan memilih  Kohaku,  lalu berpindah-pindah varietas,lantas pada akhirnya kembali lagi pada Kohaku.
Untuk mencapai coraknya yang sekarang, di-butuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan Kohaku. Dari seekor koi berwarna hitam lahirlah koi berpipi merah lewat suatu mutasi, yang lantas ngetop dengan nama “Hookazuki”. Pada tahun 1800, dari “Hookazuki” ini lahirlah seekor koi berwarna putih. Koi berwarna putih ini lantas dikawin-kan dengan Higoi, lahirlah Haraka, yaitu koi putih dengan bercak-bercak merah. Haraka sendiri ber-arti berperut merah (Red belly). Kemudian ber-turut-turut lahirlah Hoo-Aka (berpipi merah), Era-Hi (berinsang merah). Sejak 1830 muncullah koi dengan sebagian kepala berwarna merah (Zukin-kaburi), koi berbibir merah (Kuchibeni), dan Sarasa yang mempunyai punggung berwarna merah dan putih. Pendek kata pada jaman Meiji, Kohaku sudah dikenal luas dan mulai dikembangkan secara khusus.
Warna putih pada Kohaku menjadi pusat perhatian untuk menentukan kualitas Kohaku. Warna putihnya harus bersih seperti warna salju, tidak boleh putih kekuningan, atau putih kecokelatan. Sedangkan untuk warna merah, yang dikehendaki adalah merah pekat tetapi cerah (terang). Warna merah ini ada dua, yaitu yang dasarnya ungu dan cokelat kekuningan. Yang pertama lebih pekat dan tidak mudah luntur, tetapi tidak halus. Sedangkan yang terakhir lebih halus dan tidak mudah luntur, tetapi sulit didapatkan.
Banyak ragam Kohaku. Jenis-jenisnya di antara-nya dibedakan berdasarkan banyaknya bercak merah pada punggungnya. Ada yang dua, tiga atau empat, tetapi ada juga yang hanya satu.
1.      Inazuma-Kohaku mempunyai warna merah menyerupai ben-tuk kilat di punggungnya.
2.      Gotenzakura adalah Kohaku yang mempunyai bercak merah yang seim-bang pada sisi kiri dan kanan punggungnya.
3.      Doitsu-Kohaku Napoleon adalah Kohaku Jerman yang mempunyai warna merah seperti topi Napoleon.
4.      Fuji Kohaku adalah Kohaku yang mempunyai gum-palan berwarna perak pada kepalanya. Mereka tam-pak sangat cantik. Namun kecantikannya akan hi-lang ketika umurnya dua tahun.
5.      Shiromuji adalah koi yang mempunyai badan berwarna putih biasa, sedangkan keseluruhan badan Akamuji berwarna merah biasa. Akumuji sering disebut sebagai Higoi. Higoi yang warnanya gelap disebut sebagai Benigoi atau Hiaka. Higoi dengan sirip putih akrab dipanggil sebagai Aka-Hajiro.
6.      Tancho-Kohaku adalah koi yang keseluruhan badannya berwarna putih dengan bercak merah pada bagian kepalanya.

2.3  Teknik Budidaya Ikan Koi
Budidaya ikan koi cukup mudah dilakukan. Tahapan-tahapannya hampir sama dengan budidaya ikan mas. Hanya saja yang menjadi krusial adalah ketersediaan bibit berkualitas. Kali ini alamtani membahas mengenai langkah-langkah budidaya ikan koi. Berikut ini adalah tahapan dalam budidaya iakn koi :
Ø  Memilih indukan
Memilih indukan memegang peranan penting dalam budidaya ikan koi. Indukan yang bagus secara genetis akan menghasilkan keturunan yang bagus, begitu kira-kira hukum umumnya. Indukan berkualitas biasanya dimiliki oleh penangkar atau para pehobi. Bila kesulitan menemukan indukan yang baik, bisa dengan jalam meminjamnya dari para pehobi.
Pehobi biasanya mengoleksi ikan koi yang berkualitas, baik untuk dipelihara sendiri maupun untuk kontes. Namun para pehobi ini rata-rata tidak memiliki keterampilan atau waktu untuk mengawinkan ikannya. Padahal, untuk menjaga agar ikan tetap bugar salah satunya harus dikawinkan jika telah tiba waktunya.
Di sini pembudidaya bisa kerja sama dengan pemilik ikan. Dimana pemilik diuntungkan karena ikannya bisa dikawinkan dan pembudidaya bisa mendapatkan keturunan berkualitas. Sebagai imbalannya, biasanya si pemilik dipersilakan memilih satu atau dua ekor ikan hasil perkawinan.
Selain keturunan atau sifat genetis, calon indukan ikan koi harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
  • Umur ikan sudah cukup matang, lebih dari 2 tahun
  • Memiliki jenis yang sama atau mendekati, misalnya kohaku dengan kohaku
  • Bentuk tubuh ideal, dari atas tampak seperti torpedo
  • Gaya berengang tenang dan seimbang
  • Warna cemerlang dan kontras
  • Sehat, gerakannya gesit tidak banyak diam di dasar kolam.
  • Indukan jantan dan betina telah matang gonad

Ø  Pemeliharaan indukan ikan koi
Sebaiknya calon indukan ikan koi dipelihara dalam kolam khusus. Kedalaman kolam setidaknya 150 cm, lebih dalam lebih baik. Kepadatan kolam juga harus diperhatikan, kolam berukuran 4×5 meter maksimal diisi 20 ekor indukan betina atau 40 ekor indukan jantan. Hal ini karena indukan betina biasanya lebih besar dari indukan jantan.
Indukan betina dan jantan dipelihara dikolam yang berbeda, manfaatnya agar saat dipijahkan indukan tidak perlu mengalami pemberokan lagi. Secara umum pemeliharaan kolam indukan sama saja dengan pemeliharaan kolam pembesaran.
Pakan yang diberikan berupa pelet berukuran 8 mm, asumsinya ikan koi yang berumur lebih dari 2 tahun sudah berukuran minimal 60 cm. Jumlah pakan yang diberikan sekitar 3-5% dari bobot tubuhnya dalam satu hari. Frekuensi pemberian pakan 2-4 kali.

Ø  Pemijahan ikan koi
a. Tempat pemijahan
Sebaiknya kolam pemijahan terbuat dari semen dan permukaannya diplester. Hal ini untuk menjaga agar sisik ikan tidak rusak bila terjadi gesekan saat proses pemijahan. Ukuran kolam variatif, biasanya sekitar 3×6 meter dengan kedalaman 60 cm dan ketinggian air 40 cm.
Kolam harus memiliki saluran masuk dan keluar. Pada kedua saluran tersebut harus dipasang saringan halus. Tujuannya agar tidak ada hama penganggu yang masuk ke kolam dan telur atau larva hasil pemijahan tidak hanyut ke luar kolam.
Sebelum di isi air, kolam harus dijemur dan dikeringkan terlebih dahulu. Gunanya untuk memutus siklus bibit penyakit yang mungkin ada dalam kolam. Air yang dipergunakan untuk mengisi kolam hendaknya diendapkan terlebih dahulu selama 24 jam.
Ikan koi senang menempelkan telurnya pada media yang ada dalam kolam. Oleh karena itu, sediakan kakaban yang terbuat dari ijuk atau bisa memanfaatkan tumbuhan air. Untuk memperkaya kadar oksigen pasang aerotor pada kolam pemijahan.
b. Proses pemijahan
Setelah kolam pemijahan siap, masukkan indukan ikan koi betina terlebih dahulu. Pemijahan biasanya berlangsung malam hari, sehingga induk betina bisa dimasukkan pada sore hari. Biarkan indukan betina beradaptasi dengan kondisi kolam agar tidak stres.
Setelah 2 hingga 3 jam, indukan jantan bisa dilepaskan di kolam pemijahan. Jumlah indukan jantan yang dimasukkan 3 hingga 5 ekor. Hal ini untuk menghindari kegagalan dalam pemijahan dan semua telur yang dikeluarkan indukan betina bisa terbuahi. Sebenarnya bisa saja menggunakan hanya satu jantan apabila ukuran si jantan cukup besar. Namun resiko kegagalannya lebih tinggi.
Pemijahan biasanya berlangsung sekitar pukul 11 malam hingga dini hari sebelum matahari terbit. Selama masa itu akan terjadi aksi kejar-kejaran, dimana si betina akan menyemprotkan telurnya pada kakaban. Setelah telur menempel indukan jantan akan menyemprotkan spermanya untuk membuahi telur tersebut.
Setelah proses pemijahan selesai, segera angkat indukan-indukan tersebut dari kolam pemijahan. Apabila induka dibiarkan di kolam dikhawatirkan akan memakan telur-telur tersebut. Biarkan telur-telur yang ada di kolam untuk menetas.
c. Penetasan larva
Telur-telur yang menempel pada kakaban atau tanaman air harus terendam dalam air. Oleh karena itu berikan pemberat pada kakaban. Pada keadaan normal, suhu sekitar 27-30 derajat celcius, telur akan menetas dalam waktu 48 jam. Jika suhu air terlampau dingin penetasan akan lebih lama. Bila terlampau panas telur bisa membusuk.
Setelah telur menetas kakaban atau tanaman air bisa diangkat. Larva yang baru menetas masih menyimpan persedian makanan yang bisa bertahan hingga 3-5 hari. Apabila persediaan makanan sudah habis burayak ikan koi mulai membutuhkan pakan.
Pakan yang bisa diberikan pada burayak umur 5 hari adalah kuning telur yang telah direbus. Kemudian kuning telur tersebut dilumatkan dan dicampur dengan air. Perhatikan pemberian pakan jangan sampai berlebihan dan mengotori air kolam. Bila ada sisa pakan segera dibersihkan.
Beberapa penangkar tidak menganjurkan pemberian pakan kuning telur karena mudah membuat kolam kotor dan menyebabkan kematian massal. Sebenarnya yang paling diinginkan burayak adalah pakan hidup. Oleh karena itu bisa diberikan kutu air (daphnia dan moina) yang telah disaring. Penyaringan kutu dilakukan hingga burayak berukuran 1 cm.
Bila sudah lebih besar bisa diberikan kutu yang tidak disaring atau udang artemia. Cacing sutera bisa diberikan bila ukuran burayak sudah mencapai 1,5 cm. Pemberian pakan tersebut berlangsung hingga burayak berumur 3 minggu. Setelah itu, ikan dipindahkan ke kolam pendederan.
d. Pendederan
Kolam pendederan adalah kolam untuk memelihara ikan koi hingga berumur 3 bulan. Pada umur ini biasanya ukuran ikan koi telah mencapai 15 cm. Ukuran kolam 3×4 dengan kedalaman 40 cm bisa menampung 250-300 ekor anak ikan koi.
Pada fase ini, pelet sudah bisa diberikan sebagai pakan ikan. Berikan pelet berukuran kecil berukuran 250 mikron. Satu ons pelet cukup untuk 1000 ekor ikan koi. Pemeberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Untuk membentuk warna berikan sesekali cacing sutera atau udang artemia.
Setelah anak ikan berumur 3 bulan, bisa diberikan pelet kasar sesuai takaran. Berikan pelet hingga ikan kenyang. Bila dalam tempo 5 menit pakan tidak dimakan dan tersisa di kolam berarti ikan sudah kenyang. Pemberian pelet dilakukan 2-3 kali sehari.




  Penyortiran ikan koi
Penyortiran ini berguna untuk menentukan tingkat harga. Ikan koi yang berkualitas tentunya dihargai lebih tinggi. Penyortiran dalam budidaya ikan koi sudah bisa dilakukan sejak ikan berumur 1 bulan. Pada umur tersbeut ikan cukup kuat untuk dipindah-pindahkan. Atau kalau ingin lebih aman, lakukan setelah ikan berumur 3 bulan.
Faktor-faktor penyortiran didasarkan pada ukuran badan, bentuk dan kualitas warna. Ikan koi digolongkan berdasarkan ukurannya, kecil dengan yang kecil dan ukuran besar dengan yang besar.
Sedangkan bentuk badan dipilah dari bentuk yang tidak bagus. Bentuk badan yang bagus harus proporsional. Badannya membulat seperti peluru tidak terlalu panjang. Siripnya simetris dan gerakannya tenang tapi mantap.
Pemilahan juga dilakuan terhadap ikan yang warnanya cerah dan memiliki garis batas yang tegas. Koi yang baik memiliki batas warna yang kontras. Tidak ada gradasi warna pada batas-batasnya. Untuk seleksi lebih lanjut terdapat standar internasional kualitas ikan koi berdasarkan jenisnya.




BAB III
Analisa Usaha Budi Daya Ikan Koi

Pembenihan dan pembesaran fingerling periode 3 bulan.

1. Investasi

a. Sarana
Kolam 3 unit (2 X 1 X 1)                    =   3.000.000
1 pasang induk (1 betina, 3 jantan)            =   5.000.000
1 unit pompa air                    =   650.000
1 set perikanan                        =   1.350.000

Total                            =   10.000.000

b. Modal Kerja
pakan                             =   500.000
Obat-obatan                        =   300.000
Listrik 3 bulan                        =   600.000
Tenaga kerja (1 X 3 X 200.000)                =   600.000
Total                            =   2.000.000
c. Jumlah Investasi : 1a + 1b  = 10.000.000 + 2.000.000 = 12.000.000

2. Biaya Tetap

a. Penyusutan

Kolam 3/120 X 3.000.000                 =  750.000
Pompa air 3/60 X 650.000                =   32.500
Alat-alat perikanan 3/24  X  1.350.000            =   168.750

Total                            =   276.250

b. Biaya Bank

2.5 x 3 x 12.000.000                    =   900.000

c. Jumlah Biaya Tetap : (2b + 2a)                =   276.250 + 900.000 = 1.176.250

d. Total Biaya Produksi : (1b + 2c) = 2.000.000 + 1.176.250 = 3.176.250

e. Hasil Penjualan

•  Perkiraan hasil sekali bertelur sepasang induk = 10.000 ekor
•  Perkiraan hidup anak koi = 60/100 x 10.000 ekor = 6.000 ekor
• Kemungkinan hisup anak koi (burayak) sampai umur 3 bulan dengan survey rate (SR) 70%:
   = 70/100 x 6.000 ekor = 4.200 ekor

• Kualitas A 10%  = 420 ekor
   Harga per ekor @Rp.5.000
   Total : 5.000 x 420     = Rp. 2.100.000

•  Kualitas B 30%         = 1260 ekor
   Harga per ekor @ Rp. 2000
   Total : 2.000 x 1260     = Rp. 2.520.000

• Kualitas C 60%        = 2520 ekor
   Harga per ekor @ Rp. 500
   Total : 500 x 2520     = Rp. 1.260.000

Total Hasil Penjualan    = Rp. 5.880.000


f. Keuntungan 
penerimaan (total hasil penjualan) – Total biaya produksi (2f-2d)
5.880.000 – 3.176.250     = 2.703.750

g. Cash Flow
keuntungan + Biaya Penyusutan (2f+2a)
= 2.703.750 + 276.250 = 2.980.000

h. Pay back period
Jumlah Investasi /keuntungan x 3 bulan (1c/1x3)
= 12.000.000 / 2.703.750 x 3  =  13.31% atau 4 periode setahun

Keterangan:
·         Susut kolam 10 tahun (120 bulan)
·         Penyusutan pompa air 5 tahun (60 bulan)
·         Penyusutan alat-alat perikanan 2 tahun (24 bulan)





BAB IV
PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca dapat memakluminya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kedepannya.






DAFTAR PUSTAKA
http://budidayausaha.blogspot.com/2013/05/cara-budidaya-ikan-koi-yang-baik.html
Buku Paket Prakarya BSE



Bagi yang membutuhkan power pointnya silahkan saja di download link dibawah ini

http://downloads.ziddu.com/download/24439227/Kelompok.pptx.html

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More